Pengertian istilah Commons di perpustakaan dihubungkan dengan
information dan learning terdapat perbedaan antara setting perpustakaan
tradisional yang lebih kaku terhadap pengguna yang ada di dalam perpustakaan. Kemunculan
istilah ini terjadi pada generasi ketiga (Experience),
terdapat layanan-layanan baru di pepustakaan seperti jasa print, scan, maupun copy.
Selain itu kemunculan pembagian space
seperti, social zone, quiet zone dan silent zone.
Konsep learning commons bertujuan
untuk mengantisipasi lingkungan dan cara pengguna pada zaman millenials dalam
belajar dan mengeksplorasi diri mereka yang saat ini sangat dekat dengan
teknologi masa kini yang kaya akan content,
dan segala bentuk media. Dimana pengguna dapat menggunakan space tersebut untuk
berbagi informasi baik informasi akademik maupun kreatifitas yang kemudia
tercipta suasanan pembelajaran yang mengasyikkan.
Dan kini bagaimana perpustakaan harus
mampu membaca ruang seperti apa yang
harus disiapkan untuk menerima pengguna dengan karakter yang lebih dinamis
seperti dengan membuat spaces
yang fleksibel, nyaman sehingga membuat pengguna merasa berkesan dan
membuatnya betah dan ingin kembali ke perpustakaan.
Terdapat beberapa aspek dari konsep
disain learning commons (Fatmawati:2010), antara lain:
a. Fleksibel,
yaitu dapat mengakomodasi model pembelajaran saat ini dan yang akan datang,
b. Future-proofed,
bahwa space sewaktu-waktu dapat dialokasi/direkonfigurasi,
c. Bold,
maksudnya mengandung nilai lebih dari sekedar sebuah teknologi dan
pembelajaran,
d. Kreatif,
artinya mampu untuk mendorong dan menginspirasi pemustaka,
e. Supportive,
yaitu mampu mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki pemustaka.
f. Enterprising,
bahwa space yang ada dapat mendukung berbagai tujuan pemustaka,
g. Tersedianya fasilitas
ketrampilan komunikasi dan teamworking yang profesional di bidang
perpustakaan.
Berikut beberapa
gambaran yang diharapkan ada di perpustakaan kini, diantaranya
-
Membuat
desain interior perpustakaan berbeda
dan menarik disetiap lantainya, adanya
desain gaya classic dan modern, misalnya menghadirkan kesan modern pewarnaan dinding yang colour full dimana terdapat desain juga pada
rak-rak bukunya, fasilitas baca seperti kursi yang beragam yang lebih dinamis.
Sedangkan lantai lainnya didesain dengan gaya classic dari dinding dan fasilitasnya. Selain untuk memberikan
nuansa yang berbeda untuk menghindari rasa bosan, desain ini juga berfungsi
untuk mewujudkan seperti yang pengguna saat ini sukai yaitu spot foto yang instagramable kini juga ada libraryable, fot-foto yang diunggah tentunya
akan membantu proses promosi perpustakaan yang lebih luas.
-
Menghadirkan
ruang-ruang seperti gate di bandara
udara, dimana gate tersebut akan
sesuai dengan tujuan mereka, begitu pula gate
di perpustakaan ditujukan kepada beragam pengguna dan ditempatkan pada
masing-masing ruang yang lebih khusus sesuai kebutuhan mereka. Misal, adanya Study Space, Work Space, Creativity Space,
dengan fasilitas yang berbeda satu sama lain sesuai kebutuhan pengguna, sehingga
tidak terjadi fasilitas yang percuma karena telah sesuai kebutuhan.
-
Adanya
Ruang Bermain atau Game Online,
mungkin ini sudah biasa ada diperpustakaan, selama ini kebanyakan ruang bermain
hanya menggunakan permainan biasa tanpa memasukkan teknologi di dalamnya, namun
game yang diberikan pada ruang ini
adalah berupa game online, dengan
fasilitas audio-visual, dimana menyesuaikan dengan pengguna pada zaman sekarang
yang sejak lahir sudah mengenal dekat dengan internet, dan fasilitas ini
tentunya dengan pengawasan dan peran dari pustakawan dan pemilihan game disesuaikan dengan usia pengguna.
-
Tersedia
Cafe dan Live Music di perpustakaan, mungkin sudah banyak yang menghadirkan
fasilitas ini di perpustakaan, namun jika di padukan dengan adanya live music
akan menjadikan terobosan baru diperpustakaan. Pengguna yang kelehan di sore
hari akan memilih perpustakaan untuk menghilangkan penat mendapatkan hiburan
dengan secangkir kopi dan music.
-
Menyediakan
merchandise sederhana yang dapat
dijual di perpustakaan, bukan hanya sekedar mechandise perpustakaan biasa yang
biasanya mencantumkan website atau pun laman mereka, namun lebih umum namun
secara tidak langsung mengkampanyekan sebuah perpustakaan, dengan menghadirkan quotes yang menarik pada pulpen, botol
minuman, pernak-pernik, dll. Tentu akan menarik pengguna luar yang datang
berkunjung ke perpustakaan.
-
Tak
kalah penting adanya pelatihan pada pustakawan, lagi-lagi bercermin pada
layanan bank, dimana attitude yang utama, dari segi penampilan
dan memberikan pelayanan kepada pengguna harus maksimal dan pandai, tentunya
akan mendapatkan respon positif dari pengguna.
-
Adanya
ruang workshop Knowledge Sharing dimana sering menghadirkan para influencer untuk berbagi hal-hal baru
yang berhubungan dengan teknologi atau pun pendidikan, seperti Agung Hapsah,
Skinny Fabs, yang kemudian juga dapat menjadi wadah untuk promosi sebuah
perpustakaan.
Dengan
menghadirkan inovasi dan kreatifitas
pustakawan sesuai kebutuhan pengguna, diharapkan eksistensi perpustakaan
semakin meningkat dan dikenal dengan hal-hal yang positif dan masa kini.
Kemudian dapat menarik pengguna untuk ingin datang ke perpustakaan yang
kemudian berlanjut menjadi suatu kebutuhan hadir ke perpustakaan.
Fatmawati, Endang. 2010. Learning Commons Dalam Perspektif Perpustakaan 2.0.
Jurnal Iqra’ Volume 04 No.01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar