Translate

Sabtu, 14 April 2018

Learning Commons di Perpustakaan

Share it Please



Pengertian istilah Commons di perpustakaan dihubungkan dengan information dan learning terdapat perbedaan antara setting perpustakaan tradisional yang lebih kaku terhadap pengguna yang ada di dalam perpustakaan. Kemunculan istilah ini terjadi pada generasi ketiga (Experience), terdapat layanan-layanan baru di pepustakaan seperti jasa print, scan, maupun copy. Selain itu kemunculan pembagian space seperti, social zone, quiet zone dan silent zone.

Konsep learning commons bertujuan untuk mengantisipasi lingkungan dan cara pengguna pada zaman millenials dalam belajar dan mengeksplorasi diri mereka yang saat ini sangat dekat dengan teknologi masa kini yang kaya akan content, dan segala bentuk media. Dimana pengguna dapat menggunakan space tersebut untuk berbagi informasi baik informasi akademik maupun kreatifitas yang kemudia tercipta suasanan pembelajaran yang mengasyikkan.

Dan kini bagaimana perpustakaan harus mampu membaca ruang  seperti apa yang harus disiapkan untuk menerima pengguna dengan karakter yang lebih dinamis seperti dengan membuat  spaces yang fleksibel, nyaman sehingga membuat pengguna merasa berkesan dan membuatnya betah dan ingin kembali ke perpustakaan.
Terdapat beberapa aspek dari konsep disain learning commons (Fatmawati:2010), antara lain:
a. Fleksibel, yaitu dapat mengakomodasi model pembelajaran saat ini dan yang akan datang,
b. Future-proofed, bahwa space sewaktu-waktu dapat dialokasi/direkonfigurasi,
c. Bold, maksudnya mengandung nilai lebih dari sekedar sebuah teknologi dan pembelajaran,
d. Kreatif, artinya mampu untuk mendorong dan menginspirasi pemustaka,
e. Supportive, yaitu mampu mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki pemustaka.
f. Enterprising, bahwa space yang ada dapat mendukung berbagai tujuan pemustaka,
g. Tersedianya fasilitas ketrampilan komunikasi dan teamworking yang profesional di bidang perpustakaan.

Berikut beberapa gambaran yang diharapkan ada di perpustakaan kini, diantaranya
-          Membuat desain interior perpustakaan berbeda dan menarik  disetiap lantainya, adanya desain gaya classic dan modern, misalnya menghadirkan kesan modern pewarnaan dinding yang colour full dimana terdapat desain juga pada rak-rak bukunya, fasilitas baca seperti kursi yang beragam yang lebih dinamis. Sedangkan lantai lainnya didesain dengan gaya classic dari dinding dan fasilitasnya. Selain untuk memberikan nuansa yang berbeda untuk menghindari rasa bosan, desain ini juga berfungsi untuk mewujudkan seperti yang pengguna saat ini sukai yaitu spot foto yang instagramable kini juga ada libraryable, fot-foto yang diunggah tentunya akan membantu proses promosi perpustakaan yang lebih luas.
-          Menghadirkan ruang-ruang seperti gate di bandara udara, dimana gate tersebut akan sesuai dengan tujuan mereka, begitu pula gate di perpustakaan ditujukan kepada beragam pengguna dan ditempatkan pada masing-masing ruang yang lebih khusus sesuai kebutuhan mereka. Misal, adanya Study Space, Work Space, Creativity Space, dengan fasilitas yang berbeda satu sama lain sesuai kebutuhan pengguna, sehingga tidak terjadi fasilitas yang percuma karena telah sesuai kebutuhan.
-          Adanya Ruang Bermain atau Game Online, mungkin ini sudah biasa ada diperpustakaan, selama ini kebanyakan ruang bermain hanya menggunakan permainan biasa tanpa memasukkan teknologi di dalamnya, namun game yang diberikan pada ruang ini adalah berupa game online, dengan fasilitas audio-visual, dimana menyesuaikan dengan pengguna pada zaman sekarang yang sejak lahir sudah mengenal dekat dengan internet, dan fasilitas ini tentunya dengan pengawasan dan peran dari pustakawan dan pemilihan game disesuaikan dengan usia pengguna.
-          Tersedia Cafe dan Live Music di perpustakaan, mungkin sudah banyak yang menghadirkan fasilitas ini di perpustakaan, namun jika di padukan dengan adanya live music akan menjadikan terobosan baru diperpustakaan. Pengguna yang kelehan di sore hari akan memilih perpustakaan untuk menghilangkan penat mendapatkan hiburan dengan secangkir kopi dan music.
-          Menyediakan merchandise sederhana yang dapat dijual di perpustakaan, bukan hanya sekedar mechandise perpustakaan biasa yang biasanya mencantumkan website atau pun laman mereka, namun lebih umum namun secara tidak langsung mengkampanyekan sebuah perpustakaan, dengan menghadirkan quotes yang menarik pada pulpen, botol minuman, pernak-pernik, dll. Tentu akan menarik pengguna luar yang datang berkunjung ke perpustakaan.
-          Tak kalah penting adanya pelatihan pada pustakawan, lagi-lagi bercermin pada layanan bank, dimana attitude yang utama, dari segi penampilan dan memberikan pelayanan kepada pengguna harus maksimal dan pandai, tentunya akan mendapatkan respon positif dari pengguna.
-          Adanya ruang workshop Knowledge Sharing dimana sering menghadirkan para influencer untuk berbagi hal-hal baru yang berhubungan dengan teknologi atau pun pendidikan, seperti Agung Hapsah, Skinny Fabs, yang kemudian juga dapat menjadi wadah untuk promosi sebuah perpustakaan.
Dengan menghadirkan inovasi  dan kreatifitas pustakawan sesuai kebutuhan pengguna, diharapkan eksistensi perpustakaan semakin meningkat dan dikenal dengan hal-hal yang positif dan masa kini. Kemudian dapat menarik pengguna untuk ingin datang ke perpustakaan yang kemudian berlanjut menjadi suatu kebutuhan hadir ke perpustakaan.


Fatmawati, Endang. 2010. Learning Commons Dalam Perspektif Perpustakaan 2.0.
Jurnal Iqra’ Volume 04 No.01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar