Lyotard dan Pemikirannya
Jean
francois lyotard lahir pada tahun 1924 di versailes paris.
Lyotard memulai
karir dengan belajar filsafat di Sorbonne setelah perang dunia ke II dan
mendapat gelar agra’gation de philosophie pada tahun 1950an. Pada tahun 1950 –
1952 ia mengajar di sekolah menegah di kota konstantine, aljazair timur.
Karirnya kemudian dilanjutkan dengan menjadi seorang professor filsafat di
universitas paris VI. Ia juga menjadi seorang anggota dewan redaksi surat kabar
sosialis Pouvoir Ouvier. Tahun 1950 – 1960 menjadi era di mana ia di kenal
sebagai seorang aktivis yang beraliran marxis yang terkemuka. Tahun 1971 ia
berhasil memperoleh gelar doctor sastra dengan disertasi yang membahas tentang
problem bahasa dengan fenomenologi. Buku yang membuat
namanya mengemuka baik di Prancis maupun di luar negeri adalah La condition
postmoderne—rapport sur le savoir (Kondisi Postmodern—Laporan tentang
Pengetahuan; 1979).
Lyotard
merupakan tokoh filosof poststrukturalis terkenal dengan pandangannya menjadi ciri khas yang
membedakan antara filsafat postmodernisme dengan filsafat modernisme.
Gagasannya terhadap penolakan narasi besar (grand narasi atau metanarasi) dalam
artikan sebagai penolakan terhadap penyatuan, universalitas, dan totalitas. Postmodernisme adalah sebuah usaha dalam ketidakpercayaan
Lyotard terhadap metanaratif. Hal ini dikarenakan kemajuan dalam ilmu pengetahuan
namun kemajuan itu pada gilirannya mengandaikannya, dan selalu berkonflik
dengan narasi. Metanaratif atau grand narrative merupakan suatu narasi besar
memiliki fungsi legitimasi penolakan terhadap penyatuan, universal dan
totalitas. Lyotard memiliki pemahaman bahwa tidak ada yang disebut dengan
totalitas, namun berbagai macam totalitas, hal ini menyiratkan kita tidak dapat
serta-merta menerima kebenaran hanya dari satu pandangan saja, hal ini yang
kemudian membuat Lyotard menganggap filsafat memaksakan suatu kebenaran yang
bersifat tunggal.
Lyotard Selain itu dalam pendapatnya
Lyotard menggunakan teori “permainan bahasa” Wittgenstein, menganggap
bahwa adanya permainan bahasa dalam suatu ilmu pengetahuan sains dengan
berbagai syarat tersendiri. Permainan bahasa disebut juga dengan ikatan sosial.
Lyotard juga beranggapan perbedaan antara narasi besar dan narasi kecil. Ia
menganggap narasi kecil bukan sebagai sesuatu yang terbelakang, belum tersentuh
dengan adanya pemahaman pengetahuan, sama seperti ilmu pengetahuan bahwa narasi
juga memiliki aturannya sendri. Narasi kecil berhubungan dengan kreativitas
lokal yang membuat masyarakat berkembang dengan berbagai kebebasan berpendapat,
sedangkan narasi besar didalamnya terdapat politik yang menginginkan
keuntungan. Sehingga banyaknya permainan bahasa yang berbeda heterogenitas
elemen menimbulkan institusi. Pengetahuan postmodern bukan sekadar alat
otoritas, hal ini mempererat kemampuan kita untuk menoleransi hal yang tidak
dapat dibandingkan. Peran transformasi teknologi juga
berdampak besar terhadap pengetahuan. Dua fungsi utamanya - penelitian dan
transmisi pembelajaran yang didapat - sudah merasakan efeknya, atau akan
terjadi di masa depan.
Teknologi dan Runtuhnya Narasi Besar
Perkembangan
teknologi telah memberikan dampak yang besar terhadap perubahan dan
perkembangan ilmu pengentahuan, baik dalam perkembangan bahasa, komunikasi,
komputer, dan cybernetic, yang kemudian menempatkan posisi tersebut disebut
sebagai postmodern. Dengan kemajuan teknologi telah merubah bagaimana cara
dalam memperoleh pengetahuan, penciptaan maupun penyebarannya. Hal ini membuat
Lyotard beranggapan kemajuan teknologi akan membawa penciptaan pengetahuan akan
berada pada posisi dikomersilkan bukan sebagai tujuan yang memiliki arti bagi
manusia.
Kemajuan teknologi
ini uga menggiring narasi besar pada narasi-narasi besar yang terdahulu yang
berhubungan dengan kepercayaan terhadap keunggulan terdahulu, yang membuatnya
kini menjadi sulit untuk dipercaya, dan sulit untuk memungkinkan berada di abad
ilmu pengetahuan sains yang mustahil untuk wacana universal dapat diyakini
seperti kaum modernis meyakininya. Dalam postmodern hal yang berpatokan hanya
pada yang tunggal tidak mencerminkan postmodern, Lyotard beranggapan bahwa
justru perbedaan, keterbukaan pendapat-pendapat baru merupakan postmodern yang
dibutuhkan untuk perkembangan ilmu pengetahuan, dalam arti ilmu pengetahuan
tidak dapat terkukung pada satu tempat yang homogen dan tidak terbuka dengan
apa yang memungkinkan terjadinya berbagai wacana, hal itulah yang biasa disebut
munculnya permainan bahasa.
Dapat diketahui bahwa
postmodern menolak sudut pandang yang menuju pada sesuatu yang bersifat tunggal
melainkan terdapat banyak sudut pandang untuk melihat dunia yang lebih luas. Penyebab
pudarnya Narasi besar ialah delegitimasi
atau krisis legitimasi, dimana fungsi legitimasi narasi-narasi besar
mendapatkan tantangan-tantangan berat.
Permainan Bahasa
Dalam berdasarkan teori Wittgenstein,
menyebutkan semuajenis ujaran yang ia temukan
merupakan sebuah permainan
bahasa, mengapa disebut permainan bahasa? Karena, dalam tiap permainan
memiliki aturan permainnannya sendiri, begitu pula dengan postmodern terdapat
berbagai wadana yang didalamnya terdapat permainan bahasa, yang kemudian juga memusatkan
perhatiannya pada efek wacana yang berbeda. Lyotard beranggapan bahwa setiap
ucapan memiliki aturan masing-masing sehingga menentukan sifat maupun
kegunaannya dengan cara yang telah ditentukan oleh peraturan dalam permainan
bahasa.
Hal ini berguna untuk melakukan tiga
pengamatan berikut tentang permainan bahasa. Pertama adalah peraturan mereka
tidak membawa legitimasi mereka sendiri, tapi merupakan objek kontrak,
eksplisit, atau tidak. Kedua adalah bahwa jika tidak ada peraturan, tidak ada
permainan, bahkan modifikasi yang sangat kecil dari satu peraturan mengubah
sifat permainan, bahwa tindakan atau ujaran yang tidak memenuhi peraturan tidak
termasuk dalam permainan mereka. menetapkan. Ketiga disarankan oleh apa yang
baru saja dikatakan: setiap ucapan harus dianggap sebagai tindakan dalam sebuah
permainan.
Permainan
bahasa ilmu pengetahuan sains merupakan suatu permainan bahasa denotatif, yang
memiliki aturan permainan yaitu bahasa denotatif dimana pernyataan harus
berdasarkan bukti dari pihak yang memberikan pernyataan untuk meyakinkan pihak
lain (kedua) sebagai pihak yang wajib memberikan persetujuan atau penolakan
berdasarkan bukti yang diajukan oleh pihak pertama.
Kemudian menurut pandangan Lyotard, bahwa
postmodernisme mengacu pada suatu sistem keterbukaan yang memungkinkan membuka
keragaman keragaman yang terkandung dalam suatu kehidupan yang memiliki
pemikirannya sendiri tanpa dikendalikan oleh orang lain yang berpikir. Dimana
setiap orang dapat memunculkan kebenaran yang berbeda-beda berdasarkan
pemahaman mereka, tanpa harus berdasar pada filsafat yang telah dibangun
sebelumnya. Postmodern bagi Lyotard berusaha menghadirkan suatu realitas yang
memungkinkan banyak alternatif tidak terkukung oleh budaya modern universal
yang tidak cocok dengan keberadaan ilmu pengetahuan di zaman teknologi seperti
saat ini.
Dan dengan permainan bahasa dapat menampilkan suatu
realitas yang bebas, permainan bahasa yang erat kaitannya dengan apa yang
disebut dengan ikatan sosial, membentuk berbagai wacana dimana narasi besar
memudah dan narasi kecil yaitu berbagai macam wacana tersebut dapat muncul yang
kini sesuai dengan masa postmodern dan tidak dapat dianggap sama dengan masa
yang lain.
Daftar
Pustaka
Jean-François
Lyotard: Pengantar Kondisi Postmodern: Sebuah Laporan tentang Pengetahuan
Lyotard, Jean-Francois, The Postmodern Condition:
Laporan tentang Pengetahuan Terjemahan dari Prancis oleh Geoff Bennington
dan Brian Massumi. Minneapolis: University of Minnesota Press, 1993.